About

Selasa, 06 November 2012

Suami / Calon Suami

 Suami / Calon Suami


Dari 'Aisyah berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrinya, dan akulah yang paling baik kepada istriku."
Apapun kondisinya seorang suami harus berusaha sebisa-bisanya untuk menjadi orang yang paling baik di mata istrinya. akan sangat berbahaya jika seorang istri sudah membanding-bandingkan suami dengan orang lain.
Misalnya memuji-muji suami temannya atau mengagumi lelaki tetangganya.
Artinya, pada diri suami ada sesuatu yang kurang dimata istri. Maka seorang suami harus tanggap dan memahami apa sebenarnya kekurangannya.
Seorang istri akan merasa bangga, kalau suaminya bisa berperan sebagaimana mestinya yaitu:

1. Bertanggung jawab
Allah SWT berfirman:"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka."
(QS An Nisa: 34)
Suami yang bertanggung jawab adalah suami yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan istri dan keluarganya. Istri tidak semata -mata memerlukan materi, namun juga perlindungan dan bimbingan. Di saat istri kedinginan, suami memberikan kehangatan. Disaat istri kepanasan, suami memberikan kesejukan. Disaat istri gelisah, suami memberikan hiburan dan menggembirakan. istri yang berbunga-bunga hatinya karena terpenuhi seluruh haknya akan bertekuk lutut menyerahkan diri dan jiwa raganya kepada suami.
Sebagai pimpinan suami punya tanggung jawab membimbing keluarga dan mengantarkan anak-anaknya menjadi orang yang sukses dan berhasil. Suami punya tanggung jawab menyelamatkan istri dan keluarganya di dunia dan akhirat.
Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah dari batu dan manusia."(QS At-Tahrim: 6)

2. Cekatan dan berkepala dingin dan pengertian
Rasulullah bersabda: " Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik lelaki adalah orang yang tidak cepat marah, tetapi cekatan dan cepat tanggap. Dan seburuk-buruk lelaki adalah orang yang cepat marah dan lambat. (HR AL-Hakim dalam kitab Al Mustadrak)
Seorang suami harus bisa mengatasi permasalahan dengan kepala dingin. Dia harus bisa menjelaskan kepada istrinya dan bisa memberikan pengertian kepada istrinya kalau ada masalah. Seorang suami harus cepat tanggap ketika istrinya memberikan isyarat. Maklum wanita memang lebih banyak malunya daripada terus terang. Ketika wanita meminta sesuatu, tidak jarang hanya menceritakan temannya telah punya ini dan itu. Wanita lebih banyak menggunakan perasaannya daripada jalan pikirannya. Maka diperlukan pengertian yang luar biasa. Suami harus mengerti kondisinya dan mengerti keinginannya. Yang paling penting adalah mengerti jalan pikirannya.

3. Yang perkasa dan perhatian di rumah
Dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah SAW bersabda: "Aku diberikan kekuatan sebanding 40 orang dalam orang dalam hal pukulan dan nikah (senggama). (Majma Al-Zawaid)
Dari anas berkata, Rasulullah bersabda, "Aku diberikan kelebihan atas banyak orang dengan 4 hal : yaitu ramah, berani, banyak senggama, dan pukulan yang keras." (HR Al-Thabrani dalam AL Ausath dengan sanad rawi yang terpercaya)
Keperkasaan adalah salah satu pokok masalah bagi seorang istri. Betapa banyak istri yang menuntut cerai karena suaminya tidak perkasa. Tidak ada yang lebih baik yang dilakukan oleh suami dan istri disaat berduaan kecuali memadu kasih dan sayang. Keduanya disunnahkan untuk bisa saling memberikan apa yang paling disenangi oleh pasangannya. Suami memberikan apa yang disenangi istri, dan istri memberikan apa yang disukai suami.
Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah yang paling baik kepada istriku."
"Adalah akhlak Rasulullah, indah bergaulnya, selalu menyentuh kulit (meraba),mencumbu rayu istrinya, memberikan kebutuhan istrinya, lemah lembut kepada istrinya, memberikan kebutuhan istrinya, dan bergurau dengan istrinya." (HR Ahmad)
Keperkasaan suami tidak hanya untuk dirinya sendiri. Seorang istri harus mendapat perhatian sampai benar-benar menikmati keperkasaannya. Seorang suami tidak boleh melepaskan sebelum istrinya meminta dilepaskan. Ibnu Qudamah menyebutkan dalam kitab Al-Mughni, bahwa jika seorang suami melakukan senggama dengan istrinya, janganlah terburu-buru mencabut penisnya sehingga istri menyelesaikan syahwatnya (orgasme), karena
Rasulullah SAW bersabda, "Jika satu diantara kamu menggauli istrinya, maka hendaklah benar kepadanya. Bila suami telah sampai pada puncaknya (orgasme) sebelum istri tercapai hajatnya, maka janganlah suami tergesa-gesa melepas hingga istri bisa mencapai hajatnya (orgasme).
Mengapa suami diharapkan tidak cepat-cepat melepaskan istrinya saat berhubungan? Karena istri mempunyai kekuatan seks yang tidak bisa ditandingi oleh suami. Ketika istri benar-benar menikmati hubungan seksual, dia mampu mencapai orgasme sampai dua kali selagi suami masih bisa bertahan. Sedangkan suami tidak mungkin bisa kecuali membutuhkan waktu yang cukup.

4. Yang menghargai jerih payah istri
Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atas dasar keimanan dan keikhlasan. Pada akhirnya kita akan tahu, mana pekerjaan yang dilakukan dengan senang hatidan penuh keikhlasan dan mana pekerjaan yang dilakukan dengan kebencian dan keterpaksaan. Seorang istri yang membuat kopi dengan senang hati dan ikhlas untuk suaminya akan terasa nikmat dan lezat. Sebaliknya akan terasa hambar hambar kalo dilakukan secara terpaksa. Sungguhpun kopi tersebut dihidangkan dengan terpaksa dan tidak enak rasanya, seorang suami yang baik tidak boleh mencela apa yang telah diperbuat istrinya.
Kalau suami tidak berselera sebaiknya, ditinggalkan saja tanpa memberikan komentar. Pada saatnya nanti, istri akan tahu bahwa yang disajikan memang tidak berkenan.
Disebutkan dalam hadits: Dari Abu Hurairah ra. berkata: "Rasulullah tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau berselera, beliau memakannya, dan jika beliau tidak senang, beliau meninggalkannya." (HR Muslim)
Seorang suami harus cepat-cepat menyampaikan pujian dan penghargaan manakala benar-beanr menikmati hasil karya istri. Dengan memberikan pujian berarti suami telah memberikan penghargaan kepada istri.
Dari Jabir bin Abdullah Al-Ansari berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang diberikan kebaikan, maka hendaknya dia membalasnya dengan kebaikan yang sama. Jika tidak bisa memberikan yang seimbang, maka ucapkan pujian kepadanya. Jika seseorang telah memuji, maka sesungguhnya dia telah bersyukur. Jika seseorang menyembunyikan pemberian, maka sesungguhnya dia telah kafir. Barangsiapa memakai pakaian bukan dari pakaian yang telah diberikan, sungguh dia seperti memakai pakaian dosa. (HR Bukhari dalam Al-Mufrad)
Menghargai kerja istri bisa dilakukan dengan memberikan hadiah yang diinginkan. Atau paling tidak dengan menyampaikan pujian.

5. Yang jujur dan setia
Dari Asma binti Yazid berkata, Rasulullah bersabda: "Tidak boleh berbohong kecuali dalam tiga hal yaitu: bohongnya suami kepada istri demi mendapatkan ridha dan cintanya, bohong dalam peperangan, dan bohong dalam mendamaikan orang yang bermusuh-musuhan. (HR At-Tirmidzi)
Yang dimaksud jujur berarti berkata apa adanya , tidak berbuat neko-neko selama di luar rumah. Namun dalam hal-hal tertentu suami boleh menyembunyikannya jika dianggap dengan kejujurannya justru menimbulkan praduga dan kecurigaan sang istri, atau dengan kata lain ketidakjujurannya dilakukan semata-mata demi menjaga kebaikan dan keharmonisan hubungan keduanya.
Kesetiaan yaitu kesediaan melakukan sesuatu demi orang yang dicintai. Seorang suami yang setia kepada istrinya akan bersedia menahan lapar demi bisa makan berdua dengan istrinya. Seorang istri yang setia kepada suaminya, dia akan menanti suaminya datang demi untuk bisa makan berdua, walaupun perutnya sudah lapar. Kesetiaan menjadikan kedua pasangan hidup setia dan sekata. Istri sakit dipijiti, ditunggui, disuapi, dan sebagainya. Suami yang baik akan rela berkorban demi istrinya.
(Dikutip dari Buku "Nikmatnya Berumah Tangga" karya Saifuddin Aman Al-Damawi, Al Mawardi Prima, 2006)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More