Manusia itu diciptakan bukan dari cahaya
sehingga bagai malaikat yang ditakdirkan selalu taat dan beribadah kepada
Allah atau diciptakan dari api sehingga bagai syaiton yang senantiasa berbuat
buruk dan mengajak kepada kebathilan, namun manusia diciptakan dari bahan
yang berbeda dengan kedua makhluk itu yang kemudian memiliki karakteristik
yang berbeda pula.
Salah satu karakteristik manusia itu adalah cenderung pada kebaikan namun
cenderung pula pada keburukan. Oleh karena itu rasululloh saw mengatakan
dalam hadist yang diriwayatkan Ibnu Islam bahwa “keimanan itu bisa bertambah
dan bisa berkurang. Maka perbaharuilah Iman kalian dengan laa ilaaha
illallah”.
Agar dapat mengatasi saat iman terjadi penurunan, maka kita perlu mengetahui
tanda-tandanya kapan saat iman itu turun. Fenomena atau gambaran melemahnya
iman itu adalah sebagai berikut:
1. Terjerumus dalam kemaksiatan
Perbuatan yang sering dilakukan itu lambat laun akan membentuk sebuah
'kebiasaan' . Bila perbuatan yang sering dilakukan itu adalah sebuah
aktifitas yang sarat akan manfaat dan berefek positif terhadap jiwa dan gaya
hidup seseorang..duuh! betapa indahnyaa.
Ada sebuah harapan yang pernah keluar dalam lisan ini dan ternyata terrekam
kuat dibenak sahabat saya di Bandung, "inget dulu... ente pengen kalo
akhlak mulia tuh nempel sejak masa kanak-kanak seseorang, dan menjadi sebuah
kebiasaan yang tak dapat lepas lagi hingga orang tersebut jadi dewasa",
begitu kata kawan saya mengenang obrolan yang sudah berlalu antara kami.
Kalimat ini muncul ketika saya mengabarkan bahwa anak saya yang paling besar
bisa melalui kehidupannya di pesantren tahfidz Qur'an, Pameungpeuk Bdg dan
dengan akhlak yang amat menyejukkan hati pula.. bila seorang anak
dikondisikan dan dibiasakan agar berakhlak karimah sejak kecil, lalu kemudian
melekat menjadi kebiasaan yang tak bisa lepas dari hidup dan geraknya hingga
dewasa! maka jadilah dia sosok seperti Muhammad yang berakhlak mulia!
menyejukkan... Subhanallah deh! bila baca Qur'an jadi kebiasaan yang melekat
sejak kecil dan terbawa sampai dewasa.. hingga kebiasaan baca qur'an tak
lepas lagi dari hari-hari seseorang sepadat apapun urusannya.. Namun...
Innalillahi wa ina ilaihi rojiuun...musibah deh! Kalo kemaksiatan malah jadi
kebiasaan yang melekat hingga melakukannyapun sudah jadi terang-terangan...!
naudzubillah mindzalik... Terjerumus ini namanya..
Sambil berjuang untuk meninggalkan kebiasaan buruk itu, sambil dibarengi
memohon pada yang maha melindungi agar senantiasa menjaga fitrah-fitrah ini selalu
dalam kebaikan. Karena tiada daya upaya dari seorang manusia itu, kecuali
hanya kuasaNya saja
karena bila telah jadi kebiasaan, maka melakukannya pun sudah terbisa tanpa
ada rasa bersalah... :( masyaAllah
Fitrah manusia adalah taat pada Rabbnya, sedangkan kemaksiatan adalah
perbuatan yang mencerminkan ketidak-taatan, sehingga bila terjerumus pada
kemaksiatan (baca:kemaksiatan jadi kebiasaan) fitrah ternoda..fitrah akan
merana dan akhirnya keimanan melemah... Kalau dibiarkan melemah maka iman
akan sekarat...
Saran Qur'an : Jangan terbetik untuk mengulangi dan selalu berusaha
meninggalkan kemaksiatan, lalu Bersegeralah pada ampunan Allah yang luasnya
seluas langit dan bumi dan pada surga yang disediakan untuk orang yang
bertaqwa (yaitu orang2 yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi
laranganNya) (Qs.3:133)
Jadikanlah kebaikan sebagai perbuatan yang selalu akan diulangi apalagi bila
jadi kebiasaan yang melekat lebih baik lagi...
karena Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs.13:11)
maka bila seseorang mengambil pilihan membiasakan kebaikan adalah untuk
kebaikan dirinya, dan bila sebaliknya maka keburukan yang jadi biasa itu
untuk dirinya pula. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguraikan benang-benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai
berai kembali. (Qs.16:92)" Maksudnya adalah kebiasaan baik yang dulu
dilakukannya, kini tidak dilakukan lagi dikatakan dengan istilah
'dicerai-beraikan kembali'
misalnya, dulu itu seseorang selaluu melaksanakan dhuha setiap hari walau dua
rakaat...., namun karena berlalunya waktu.. kebiasaan itu tinggal kenangan.
dan banyak lagi kebiasaan baik yang dulu sering dilakukan sekarang tidak lagi
Allah SWT mengingatkan kita kembali dalam ayat sucinya, surat ke
91,asy-syams: Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa
itu(9) dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya(10) dan bukan
golongan yang selalu mengotori ruhi ini, amiin.
Dalam keadaan fitrah yang terjaga, maka imanpun akan menguat..., karena
demikianlah fitrah manusia cenderung pada Rabbnya...
2. Tidak tekun dan bermalas-malasan
dalam beribadah
ketidak tekunan dalam beribadah tergambar pada tingkat kekhusuan kita
terhadap ibadah2 yang kita lakukan, termasuk rutinitas yang tak tentu, kadang
hari ini rajiinn.... kemudian besoknya berkurang, baik kualitas maupun
kuantitasnnya . bagaikan ibadah-ibadah itu dilakukan dengan mau-mau engga -
engga.
yang sangat memprihatinkan adalah ketika ibadah-ibadah itu bagaikan tanpa
ruh(4:142)
Allah mengatakan bahwa mereka sedikit sekali menyebut Allah
padahal dalam sebuah hadist dikatakan "tidak akan diterima do'a dari
hati-hati yang lalai dan main-main(HR Tirmidzi)"
bila kemalasan beribadah ini tidak segera disudahi dan diubah menjadi rajin
dan tekun, tentu saja keimanan seseorang tersebut tidak akan terselamatkan
kecuali atas pertolongan ALlah saja"Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. (Qs.13:11) "karena kemalasan terus menerus akan menjadi
kebiasaan yang kebiasaan itu akan mengikat tentu saja pertolongan Allah itu
sesuai dengan usaha hambanya, bila kau menghampiriku dengan berjalan, maka
Aku menghampirimu dengan berlari.
3. Memudarnya tali ukhuwah
berkurangnya atau terputusnya interaksi dengan saudara muslim itu sangat
mempengaruhi keimanan seseorang "bila orang-orang mukmin itu laksana
satu tubuh(HR.muslim)
sehingga terlepasnya ukhuwah lambat laun mengurangi sentuhan hati terhadap
keimanan kepada Allah SWT..
Fenomena melemahnya iman tampak pula pada
4. Terpautnya seseorang akan urusan
diniawi dan terlalu mencintainya.
Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu(hai manusia) mencintai
kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. (qs.75:20-21)
Apa yang dimaksud dengan dunia?
Firman-Nya, "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan sesuatu yang melalaikan, ... Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu." (QS Al Hadiid [57]: 20)
Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah
Misalnya, shalat, shaum atau sedekah tetap dikatakan urusan dunia jika
niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah
Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan
kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan
pribadi, maka ia tak dikatakan lalai terhadap Allah, walau aktivitasnya
seolah duniawi.
Artinya segala sesuatu yang membuat kita taat kepada Allah, maka hal itu
bukanlah urusan dunia. Bagaimana ciri orang yang cinta dunia?
Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang
dicintainya.
Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati.
Adanya yang menjadi sombong, dengki, serakah atau capek memikirkan yang tak
ada.
Makin cinta pada dunia, akan makin serakah, bahkan bisa berbuat keji untuk
mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang
panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya. Ciri lainnya
adalah takut kehilangan.
Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil.
Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat
atau kedudukannya diambil. Karenanya pecinta dunia itu tak pernah bahagia.
Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tak mempunyai
apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi,
membesar sebentar, menua, dan akhirnya mati.
Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semuanya titipan
Allah dan total milik-Nya, maka tak akan pernah sombong, minder, iri ataupun
dengki, bahkan akan selalu siap titipannya diambil oleh pemiliknya karena
segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tak ada artinya. Harta, gelar,
pangkat, jabatan, dan popularitas tak ada artinya jika tak digunakan di jalan
Allah. Yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Karenanya jangan
pernah ada atau tiadanya dunia ini meracuni hati kita. Adanya jangan sombong,
sedikitnya tak usah minder.
Kita harus meyakini bahwa siapapun yang tak pernah berusaha melepaskan
dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya karena
sumber dari segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu
mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang
tak terbelenggu oleh dunia.
Dunia mampu menjadi hijab antara manusia dengan Tuhannya manakala ma’nawiah
tidak terbina, artinya tidak diimbangi dengan ibadah yang baik (baik kualitas
maupun kuantitas), sehingga kecenderungan akan materi lebih menguasai
daripada kecenderungan akan hal-hal yang bersifat ukhrawi misalnya
ketentraman dan kepuasan bathin (merasakan manisnya iman).
demikian fenomena melemahnya iman akibat keterpautan yang sangat akan urusan
dunia.
ke 5
adalah Mengeluh dan takut akan musibah :
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah
lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir. (QS.70: 19-21)
Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul
Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat
seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya."Demi Allah, belum
pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain karena
pasti tidak pernah risau dan bersedih hati."
Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan
lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap
terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati karena risau".
Abu Hassan bertanya, "Apa hal yang
merisaukanmu?"
Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika
suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan waktu itu aku mempunyai dua
orang anak yang sudah bisa bermain dan yang satu masih menyusu, ketika aku
bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada
adiknya,
"Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu
bagaimana ayah menyembelih kambing ?"
Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?"
Lalu disuruh adiknya berbaring dan disembelihlah leher adiknya itu. Kemudian
dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit
dimana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya
itu sehingga mati kehausan.
tapi di indonesia juga banyak kejadian2 serem ya..
dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku
merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut
dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habislah kulit badannya. Berita
ini terdengar kepada anakku yang telah menikah dan tinggal di daerah lain,
maka ia jatuh pingsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal
sebatang kara di antara mereka semua." Lalu Abul Hassan bertanya,
"Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu
?"
Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat
membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara
keduanya ada jalan yang berbeda.
Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal
itu baik dan lebih terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka seseorang
tidak mendapat ganti kecuali kesia-siaan belaka."
Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat
dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat dianjurkan dan harus dimiliki
oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah saat terkena musibah.
karena itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman
Allah dalam sebuah hadith Qudsi,:" Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang
Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar,
melainkan syurga baginya."
karena itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam sebuah
hadith Qudsi,:" Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku
ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga
baginya."
Begitu juga mengeluh
Rasulullah s.a.w bersabda,: " Tiga macam
daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina
nasab orang." naudzubillah summa naudzubillah... ternyata..
artikan kafir disini sebagai 'bagaikan idak ada iman
dalam dadanya'
karena dari Allah lah ujian itu berasal, setiap yang
beriman tentu diuji keimanannya
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar
dalam menghadapi segala musibah.
Hamba yang mampu bersabar dan menguatkan lagi dari
kesabaran yang ada tsb.
ada beberapa penyebab melemahnya iman, kalo tadi
fenomenanya.
namun sebetulnya fenomena 2 itu bila dibiarkan
berlanjut maka akan menjadi penyebab melemahnya iman pula ya.
1. Jauh dari suasana atau lingkungan iman dalam
waktu yang lama
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang
telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara
mereka adalah orang-orang yang fasik"(Qs.57:16)
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, jadi penyebab pertama adalah Jauh dari suasana atau
lingkungan iman dalam waktu yang lama, yang mengakibatkan hati menjadi keras.
2. Jauh dari pelajaran dan tauladan yang baik.
Mata yang ALlah berikan ternyata memiliki fungsi
untuk melihat hal2 yang menjadikan seseorang bertambah keimanannya.
bedakan antara melihat hal2 yang mengingatkan kita
kepada Allah dengan melihat hal-hal yang tidak menjadikan kita ingat akan
Allah.
sejak jaman dulu kala sudah ada orang2 yang bila
marah atau bersedih itu pelampiasannya sampai merobek baju, kesedihan yang
tidak dikembalikan kepada Allah)
2. Jauh dari pelajaran dan tauladan yang baik mayaa:
Mata yang ALlah berikan ternyata memiliki fungsi
untuk melihat hal2 yang menjadikan seseorang bertambah keimanannya.
bedakan antara melihat hal2 yang mengingatkan kita
kepada Allah dengan melihat hal-hal yang tidak menjadikan kita ingat akan
Allah.
ketika kita melihat seseorang yang berakhlak mulia
tentu hati akan tersentuh dan intensitas yang terus menerus akan membuat kita
jadi ingin memiliki akhlak yang mulia pula
melihat ibadahnya yang tekun dan istiqomah, tentu
akan membuat fitrah manusia terkondisikan.fitrah seseorang maksudnnya.
namun berbeda ketika mata ini tidak melihat tauladan
itu
apalagi didukung dengan penyebab pertama tadi (Jauh
dari suasana atau lingkungan iman dalam waktu yang lama ) keimanan lambat
laun terpupuskan.
3. Jauh dari menuntut ilmu islam yang dapat
membangkitkan iman didalam hati penuntutnya.
bila dikatakan jauh disini artinya,yang
deket-deketnya dilewatkan sehingga menjadi jauh.
pendidikan islam kita ibaratkan seperti rantai yang
saling menyambung.
kehilangan satu mata rantai saja sudah mengakibatkan
sulit nyambung.
apalagi bila banyak mata rantai yang hilang
misalnya males atau tidak memprioritaskan menghadiri
majlis rutin(pengajian).
ketidak hadiran berulang-ulang banyak
akibatnya...lama2 jadi malu sendiri untuk hadir.
yang akhirnya jadi sama sekali gak hadir dalam waktu
lama (misalnyaaa )
4 Berada
ditengah lingkungan yang penuh dengan kemaksiatan.
Iman akan terkikis pada lingkungan seperti ini. walaupun ada
lingkungan lain yang bukan lingkungan maksiat,walaupun suka berada juga di
lingkungan lain yang bukan lingkungan maksiat,karena manusia itu memiliki dua
kecenderungan, yaitu pada kebaikan dan keburukan,
Allah SWT mengingatkan kita kembali dalam ayat sucinya, surat ke
91,asy-syams: Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa
itu(9) dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya(10) jadi
beruntunglah orang-orang yang senantiasa selalu dalam pengkondisian
'mensucikan jiwa' dan yang senantiasa berada dalam wilayah kemaksiatan tentu
sedikit2 akan tercemari tentu sangat memprihatinkan bagi tumbuh-kembangnya
keimanan(malah akan melemah)
5.
Tenggelam dalam kehidupan dunia
“Cukuplah bagi seorang selagi dia didunia hanya seperti orang yang
mengadakan perjalanan “(HR.Tabrani) demikian yang rasululloh ajarkan
bagaimana menyikapi dunia.
6. Sibuk
mengurus harta benda istri dan anak2.
(Qs.8:28,) Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
kalo wanita, mungkin pendekatannya adalah mengurusi anak2 namun lupa
meniatkan karena Allah.(QS.3:14) Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
7.Panjang
angan-angan.
(Qs.15:3) Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan
dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui
(akibat perbuatan mereka). Ali ra. Pernah berkata mengikuti hawanafsu akan
menghalangi dari kebenaran, sedangkan angan2 yang muluk akan melupakan
akhirat.
8.
Berlebihan dalam masalah tidur, makan, berjaga diwaktu malam berbicara,
bergaul dan tertawa.
Hadaanallahu
Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
|